YasinAyat 33 - 18 images - makna yasin ayat 76, surah yasin ayat 56 58 tadabbur qur an youtube, mari belajar tajwid alquran surah al baqarah ayat 33, tafsir surat yasin ayat 62 akal sebagai tameng dari godaan setan, Search Surah Baqarah Full Pdf. In a tradition or hadith, Muhammad said, "Prayer is the Mi'raaj of a Mu'min" and in Mi'raaj he spoke to God Downloads are currently disabled, because of server load, we are working on server upgradation, in few days we will enable downloading (al-Baqarah) In the name of Allah, the Gracious, the Merciful 1 Ayat al-Kursi is verse 255 of the second BacaanDoa Nabi Yunus Agar Terlepas dari Kesulitan, Surat Al Anbiya Ayat 87 Berikut ini doa Nabi Yunus agar terlepas dari kesulitan, lengkap dengan tulisan arab, latin, dan artinya. Senin, 6 Juni 2022 18:25 WIB SuratAl Baqarah Ayat 183: Bacaan Latin, Arti dan Keutamaan. Tue, 02 Aug 2022 15:31. Daftar Tajwid Surat Ali Imran Ayat 190-191 secara Lengkap. Wed, 20 Jul 2022 17:16. Bacaan Surat Al-Anbiya Ayat 87-88 Latin dan Terjemahannya. Wed, 22 Jun 2022 17:10. Al Maidah Ayat 32: Bacaan Latin, Arti, Makna dan Penerapan dalam Kehidupan TeksBacaan Surat Al-Anbiya Lafadz Arab, Tulisan Latin dan Artinya (Lengkap Ayat 1-112). Al-Anbiya adalah surat ke 21 dalam kitab suci Al Quran yang terdiri dari 112 ayat panjangnya. Surat Al Anbiya ini termasuk golongan surah Makkiyah karena turunnya di Kota Mekkah. 87. wadzaa alnnuuni idz dzahaba mughaadiban fazhanna an lan naqdira BacaAl-Quran Online Surat Al-Anbiya' - الانبياۤء Ayat 47 dengan Terjemahan, Tanda Waqaf & Tafsir Ayat Lengkap 📖 . Baca Al Quran Lebih Mudah di Tokopedia Salam TRIBUNNEWSCOM - Berikut ini doa Nabi Yunus agar terlepas dari kesulitan, lengkap dengan tulisan arab, latin, dan artinya. Doa Nabi Yunus terdapat dalam Alquran Surat Al Anbiya' ayat 87. Doa ini TRIBUNNEWSCOM - Berikut ini bacaan doa Nabi Yunus agar terlepas dari kesulitan, lengkap dengan tulisan arab, latin dan artinya. Doa Nabi Yunus terdapat dalam Al Quran Surat Al Anbiya' Ayat 87. Doa selainbacaan surat al anbiya' arab latin dan artinya, disini sobat bisa memiliki audio tilawah surat al anbiya' dengan cara download mp3 tilawha melalui link dibawah audio player. kemudian untuk sobat yang ingin mempelajari informasi dari surat ini, berikut adalah tabel rangkuman keterangan surat al anbiya'. QS. Al Anbiya' Ayat 87 Bacaayat Al-Quran, Tafsir, dan Konten Islami Bahasa Indonesia kisah ini untuk pelajaran 80 Ali+Imran+144 81 Hadis+riwayat+muslim:1635 82 Tanya 83 as saffat ayat 6 84 AT THUR 85 Kalam 86 Sombong 87 Kepadaku 88 al-Ahqaf ayat 83 89 Tafsir surah Al-Baqarah ayat 85 90 PujiN Allah kepada makhluk 91 Al-A'raf ayat 160 92 batu 93 surat hDWQC. وَمَآ أَرْسَلْنَٰكَ إِلَّا رَحْمَةً لِّلْعَٰلَمِينَ Arab-Latin Wa mā arsalnāka illā raḥmatal lil-'ālamīnArtinya Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk menjadi rahmat bagi semesta alam. Al-Anbiya 106 ✵ Al-Anbiya 108 »Mau dapat pahala jariyah dan rezeki berlimpah? Klik di sini sekarangHikmah Berharga Tentang Surat Al-Anbiya Ayat 107 Paragraf di atas merupakan Surat Al-Anbiya Ayat 107 dengan text arab, latin dan terjemah artinya. Ada aneka ragam hikmah berharga dari ayat ini. Ada aneka ragam penafsiran dari beragam mufassirun berkaitan makna surat Al-Anbiya ayat 107, antara lain seperti berikut📚 Tafsir Al-Muyassar / Kementerian Agama Saudi ArabiaDan Kami tidaklah mengutusmu wahai Rasul kecuali sebagai rahmat bagi seluruh manusia. Maka barangsiapa beriman kepadamu, niscaya dia akan berbahagia dan selamat, dan barangsiapa tidak beriman, maka dia akan gagal dan merugi.📚 Tafsir Al-Mukhtashar / Markaz Tafsir Riyadh, di bawah pengawasan Syaikh Dr. Shalih bin Abdullah bin Humaid Imam Masjidil Haram107. Dan Kami tidaklah mengutus engkau -wahai Muhammad- melainkan sebagai rahmat bagi semua makhluk, disebabkan mulianya sifatmu berupa rasa komitmen dan tekad untuk memberikan hidayah pada manusia dan menyelamatkan mereka dari azab Allah.📚 Tafsir Al-Madinah Al-Munawwarah / Markaz Ta'dzhim al-Qur'an di bawah pengawasan Syaikh Prof. Dr. Imad Zuhair Hafidz, professor fakultas al-Qur'an Universitas Islam Madinah107-109. Hai Rasulullah, tidaklah Kami mengutusmu untuk mengemban agama ini melainkan sebagai rahmat dan pemberi hidayah bagi manusia dan jin. Katakanlah kepada para hamba “Tuhanku telah mewahyukan kepadaku bahwa Tuhan kalian yang berhak disembah adalah Tuhan Yang Esa, maka berserah dirilah kepada-Nya dan tunduklah kepada ketaatan-Nya.” Dan jika mereka berpaling dari agama Islam maka katakanlah kepada mereka “Aku menyampaikan kebenaran kepada kalian semuanya, dan aku tidak mengetahui apakah azab dan hari kiamat yang diancamkan kepada kalian masih lama atau sebentar lagi?”Mau dapat pahala jariyah dan rezeki berlimpah? Klik di sini sekarang📚 Zubdatut Tafsir Min Fathil Qadir / Syaikh Dr. Muhammad Sulaiman Al Asyqar, mudarris tafsir Universitas Islam Madinah107. وَمَآ أَرْسَلْنٰكَ Dan tiadalah Kami mengutus Yakni Hai Muhammad Kami tidak mengutusmu dengan syariat-syariat dan hukum-hukum. إِلَّا رَحْمَةً لِّلْعٰلَمِينَ melainkan untuk menjadi rahmat bagi semesta alam Yakni bagi seluruh manusia. Adapun bentuk rahmat bagi orang-orang kafir adalah mereka menjadi aman dari bencana, kutukan, dan kehancuran dengan adanya syariat-syariat dan hukum-hukum ini.📚 Tafsir Al-Wajiz / Syaikh Prof. Dr. Wahbah az-Zuhaili, pakar fiqih dan tafsir negeri Suriah107. Dan Kami tidak mengutusmu dengan membawa syariat dan hukum, wahai Nabi kecuali sebagai rahmat dan petunjuk bagi manusia dan jin, karena kamu diutus untuk membahagiakan dan memperbaiki kehidupan dunia dan akhirat📚 Tafsir Ash-Shaghir / Fayiz bin Sayyaf As-Sariih, dimuraja’ah oleh Syaikh Prof. Dr. Abdullah bin Abdul Aziz al-Awaji, professor tafsir Univ Islam MadinahKami tidak mengutusmu, kecuali sebagai rahmat bagi seluruh alamMau dapat pahala jariyah dan rezeki berlimpah? Klik di sini sekarang📚 Tafsir as-Sa'di / Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa'di, pakar tafsir abad 14 H107. Berikutnya, Allah menyanjung RasulNya yang membawa al-Quran. Allah berfirman, “Dan tidaklah Kami mengutus kamu melainkan untuk menjadi rahmat bagi semesta alam.” Beliau merupakan rahmat Allah yang dianugerahkan bagi para hambaNya. Kaum Mukminin menerima bingkisan rahmat ini dan mensyukurinya serta menyikapinya dengan baik. Semmentara itu, kalangan lainnya , mereka mengingkarinya dan merubah kenikmatan Allah dengan bentuk kekufuran, enggan untuk menerima rahmat dan kenikmatanNya.📚 Hidayatul Insan bi Tafsiril Qur'an / Ustadz Marwan Hadidi bin Musa, Al-Anbiya ayat 107 Selanjutnya, Allah memuji Rasul-Nya yang datang membawa Al Qur’an. Diutus-Nya Beliau adalah rahmat bagi alam semesta. Orang-orang mukmin menerima rahmat itu dan mensyukurinya, oleh karenanya mereka membenarkan Beliau, sedangkan selain mereka kufur terhadap nikmat itu dan menggantinya dengan kekafiran serta menolak rahmat tersebut.📚 Tafsir Ringkas Kementrian Agama RI / Surat Al-Anbiya Ayat 107107. Tujuan Allah mengutus nabi Muhammad membawa agama islam bukan untuk membinasakan orang-orang kafir, melainkan untuk menciptakan perdamaian. Dan kami tidak mengutus engkau Muhammad melainkan untuk menjadi rahmat bagi seluruh alam. Perlindungan, kedamaian, dan kasih sayang yang lahir dari ajaran dan pengamalan islam yang baik dan benar. 108. Pada ayat sebelumnya diterangkan bahwa Allah mengutus nabi Muhammad membawa agama islam agar menjadi rahmat bagi manusia dan lingkungan hidup. Pada ayat ini Allah meminta nabi Muhammad menjelaskan ajaran dasar agama islam. Katakanlah wahai Muhammad, 'sungguh, apa yang diwahyukan kepadaku yang menjadi ajaran pokok agama yang dibawa para nabi, ialah bahwa tuhanmu Allah adalah tuhan yang esa, yang melahirkan prinsip tauhid, tidak ada tuhan selain Allah dan tidak ada ibadah kecuali kepada-Nya; maka apakah kamu telah berserah diri kepada-Nya dengan beriman, beribadah dan mematuhi ajaran-Nya''.Mau dapat pahala jariyah dan rezeki berlimpah? Klik di sini sekarangDemikian aneka ragam penjabaran dari kalangan ahli tafsir terkait makna dan arti surat Al-Anbiya ayat 107 arab-latin dan artinya, moga-moga memberi kebaikan bagi kita. Bantu kemajuan kami dengan memberikan hyperlink menuju halaman ini atau menuju halaman depan Link Cukup Banyak Dilihat Kaji berbagai materi yang cukup banyak dilihat, seperti surat/ayat Ibrahim 7, Fatir 37, Al-Buruj, Ayat 15 Lima Belas, Ar-Rum 21, Al-Qashash 77. Ada pula Yasin 82, Al-Isra, Ar-Rahman 13, Al-Baqarah 177, Innallaha Ma’ash Shabiriin, An-Nisa 36. Ibrahim 7Fatir 37Al-BurujAyat 15 Lima BelasAr-Rum 21Al-Qashash 77Yasin 82Al-IsraAr-Rahman 13Al-Baqarah 177Innallaha Ma’ash ShabiriinAn-Nisa 36 Pencarian an naba ayat 13, quran surat ali imron ayat 190-191, surah al anbiya ayat 35, annisa ayat 163, surat at taubah ayat 14 Dapatkan amal jariyah dengan berbagi ilmu bermanfaat. Plus dapatkan bonus buku digital "Jalan Rezeki Berlimpah" secara 100% free, 100% gratis Caranya, salin text di bawah dan kirimkan ke minimal tiga 3 group WhatsApp yang Anda ikuti Silahkan nikmati kemudahan dari Allah Ta’ala untuk membaca al-Qur’an dengan tafsirnya. Tinggal klik surat yang mau dibaca, klik nomor ayat yang berwarna biru, maka akan keluar tafsir lengkap untuk ayat tersebut 🔗 *Mari beramal jariyah dengan berbagi ilmu bermanfaat ini* Setelah Anda melakukan hal di atas, klik tombol "Dapatkan Bonus" di bawah وَذَا النُّونِ إِذْ ذَهَبَ مُغَاضِبًا فَظَنَّ أَنْ لَنْ نَقْدِرَ عَلَيْهِ فَنَادَىٰ فِي الظُّلُمَاتِ أَنْ لَا إِلَٰهَ إِلَّا أَنْتَ سُبْحَانَكَ إِنِّي كُنْتُ مِنَ الظَّالِمِينَ Dan ingatlah kisah Dzun Nun Yunus, ketika ia pergi dalam keadaan marah, lalu ia menyangka bahwa Kami tidak akan mempersempitnya menyulitkannya, maka ia menyeru dalam keadaan yang sangat gelap "Bahwa tidak ada Tuhan selain Engkau. Maha Suci Engkau, sesungguhnya aku adalah termasuk orang-orang yang zalim". Ingin rezeki berlimpah dengan berkah? Ketahui rahasianya dengan Klik disini! Tafsir Jalalayn Tafsir Quraish Shihab Diskusi Dan ingatlah kisah Dzun Nun yaitu orang yang mempunyai ikan yang besar, dia adalah Nabi Yunus bin Mataa. Kemudian dijelaskan kalimat Dzun Nun ini oleh Badalnya pada ayat selanjutnya, yaitu ketika ia pergi dalam keadaan marah terhadap kaumnya, disebabkan perlakuan kaumnya yang menyakitkan dirinya, sedangkan Nabi Yunus belum mendapat izin dari Allah untuk pergi lalu ia menyangka bahwa Kami tidak akan mampu untuk menjangkaunya menghukumnya sesuai dengan apa yang telah Kami pastikan baginya, yaitu menahannya di dalam perut ikan paus, atau menyulitkan dirinya disebabkan hal tersebut maka ia menyeru dalam tempat yang gelap gulita gelapnya malam dan gelapnya laut serta gelapnya suasana dalam perut ikan paus "bahwa asal kata An adalah Bi-an, artinya, bahwasanya tiada Tuhan selain Engkau, Maha Suci Engkau, sesungguhnya aku adalah termasuk orang-orang yang zalim" karena pergi dari kaumku tanpa seizin Allah. Sebutkan pula kisah tentang Yûnus, tokoh utama peristiwa ikan paus. Suatu ketika ia merasa sesak dada karena kaumnya berpaling dari seruan yang ia sampaikan, hingga menyebabkannya marah dan pergi meninggalkan mereka. Dia menyangka bahwa Allah memperkenankan untuk melakukan hal itu dan tidak akan menghukumnya. Kemudian ia pun ditelan ikan paus dan hidup di dalam perutnya dalam kegelapan laut. Hingga, ketika ia mengakui kesalahan-kesalahan yang telah dilakukan, ia pun memanjatkan doa kepada Allah seraya berkata, "Wahai Tuhanku, tidak ada sembahan yang sebenarnya kecuali Engkau. Aku menyucikan-Mu dari sesuatu yang tidak pantas bagi diri-Mu. Aku mengaku telah menganiaya diriku dengan melakukan hal-hal yang tidak membuat-Mu berkenan." Anda harus untuk dapat menambahkan tafsir Admin Submit 2015-04-01 021331 Link sumber Yakni ingatlah hamba dan rasul Kami Dzunnun, yaitu Yunus bin Mata dengan menyebutkan kebaikannya dan memujinya. Allah Subhaanahu wa Ta'aala mengutusnya kepada penduduk Neinawa dan mengajak mereka beriman, namun ternyata mereka tidak beriman, maka Beliau mengancam mereka dengan azab yang akan turun setelah berlalu tiga hari. Ketika azab datang, dan mereka menyaksikannya dengan mata kepala, maka mereka keluar ke gurun membawa anak-anak dan hewan ternak mereka, lalu mereka bersama-sama berdoa kepada Allah dengan merendahkan diri kepada-Nya dan bertobat, maka Allah angkat azab itu dari mereka sebagaimana firman Allah Ta’ala, “Dan mengapa tidak ada penduduk suatu kota yang beriman, lalu imannya itu bermanfaat kepadanya selain kaum Yunus? Ketika mereka kaum Yunus itu beriman, Kami hilangkan dari mereka azab yang menghinakan dalam kehidupan dunia, dan Kami beri kesenangan kepada mereka sampai kepada waktu yang Terj. Yunus 98 dan firman-Nya, “Dan Kami utus dia kepada seratus ribu orang atau mereka beriman, karena itu Kami anugerahkan kenikmatan hidup kepada mereka hingga waktu yang Terj. Ash Shaffaat 147-148 Kaum Yunus akhirnya beriman, akan tetapi Yunus pergi meninggalkan kaumnya karena marah kepada mereka padahal Allah belum mengizinkan, Beliau pergi bersama beberapa orang menaiki perahu dan ketika itu datang ombak yang besar, mereka pun khawatir akan tenggelam, maka mereka melakukan undian untuk melempar salah seorang di antara mereka ke laut agar beban perahu semakin ringan, ternyata hasil undian tertuju kepada Yunus, lalu mereka enggan melemparnya, maka mereka mengulangi lagi, dan ternyata tertuju kepada Yunus lagi, namun mereka tetap enggan melemparnya, maka dilakukan undian sekali lagi dan ternyata hasil undian tetap jatuh kepada Yunus, maka Yunus berdiri dan melepas pakaiannya lalu melemparkan dirinya ke laut, dan Allah telah mengirimkan ikan besar, maka ikan itu datang menelan Yunus. Allah mewahyukan kepada ikan itu agar tidak memakan dagingnya dan tidak meremukkan tulangnya karena Yunus bukanlah rezeki untuknya, perutnya hanyalah sebagai penjara baginya. Ada yang berpendapat, bahwa Beliau tinggal dalam perut ikan selama 40 hari. Ketika Beliau mendengar ucapan tasbih dari batu kerikil di tempatnya itu, maka Beliau mengucapkan, “Tidak ada tuhan yang berhak disembah selain Engkau. Mahasuci Engkau. Sungguh, aku termasuk orang-orang yang Beliau mengakui keberhakan Allah untuk diibadahi dan menyucikan-Nya dari segala aib dan kekurangan serta mengakui kezaliman dirinya, maka Allah mengabulkan doanya. Allah Subhaanahu wa Ta'aala berfirman, “Maka kalau sekiranya dia tidak termasuk orang-orang yang banyak mengingat Allah,-Niscaya ia akan tetap tinggal di perut ikan itu sampai hari Kemudian Kami lemparkan dia ke daerah yang tandus, sedang ia dalam keadaan Dan Kami tumbuhkan untuknya sebatang pohon dari jenis Terj. Ash Shaaffaat 143-146. Kepada kaumnya. Yakni memutuskan baginya untuk ditahan dalam dalam perut ikan atau menyempitkannya. Yang dimaksud dengan keadaan yang sangat gelap ialah di dalam perut ikan, di dalam laut dan di malam hari. Karena meninggalkan kaumku tanpa izin-Mu. اِقْتَرَبَ لِلنَّاسِ حِسَابُهُمْ وَهُمْ فِيْ غَفْلَةٍ مُّعْرِضُوْنَ ۚ Iqtaraba lin-nāsi ḥisābuhum wa hum fī gaflatim muriḍūna. Telah makin dekat kepada manusia perhitungan amal mereka, sedangkan mereka dalam keadaan lengah lagi berpaling darinya. مَا يَأْتِيْهِمْ مِّنْ ذِكْرٍ مِّنْ رَّبِّهِمْ مُّحْدَثٍ اِلَّا اسْتَمَعُوْهُ وَهُمْ يَلْعَبُوْنَ ۙ Mā ya'tīhim min żikrim mir rabbihim muḥdaṡin illastamaūhu wa hum yalabūna. Tidaklah diturunkan kepada mereka peringatan yang baru dari Tuhan, kecuali mereka mendengarkannya sambil bermain-main لَاهِيَةً قُلُوْبُهُمْۗ وَاَسَرُّوا النَّجْوَىۖ الَّذِيْنَ ظَلَمُوْاۖ هَلْ هٰذَآ اِلَّا بَشَرٌ مِّثْلُكُمْۚ اَفَتَأْتُوْنَ السِّحْرَ وَاَنْتُمْ تُبْصِرُوْنَ Lāhiyatan qulūbuhum, wa asarrun-najwal-lażīna ẓalamū, hal hāżā illā basyarum miṡlukum, afa ta'tūnas-siḥra wa antum tubṣirūna. dan hati mereka dalam keadaan lalai. Mereka, orang-orang yang zalim itu, merahasiakan pembicaraan dengan saling berbisik, “Bukankah orang ini Nabi Muhammad tidak lain hanyalah seorang manusia seperti kamu? Apakah kamu mengikuti sihir itu padahal kamu menyaksikannya?” قٰلَ رَبِّيْ يَعْلَمُ الْقَوْلَ فِى السَّمَاۤءِ وَالْاَرْضِۖ وَهُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ Qāla rabbī yalamul-qaula fis-samā'i wal-arḍi, wa huwas-samīul-alīmu. Dia Nabi Muhammad berkata, “Tuhanku mengetahui semua perkataan di langit serta di bumi dan Dia Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” بَلْ قَالُوْٓا اَضْغَاثُ اَحْلَامٍۢ بَلِ افْتَرٰىهُ بَلْ هُوَ شَاعِرٌۚ فَلْيَأْتِنَا بِاٰيَةٍ كَمَآ اُرْسِلَ الْاَوَّلُوْنَ Bal qālū aḍgāṡu aḥlāmim baliftarāhu bal huwa syāirun, falya'tinā bi'āyatin kamā ursilal-awwalūna. Bahkan, mereka berkata, “Al-Qur’an itu buah mimpi-mimpi kosong. Malah, dia Nabi Muhammad merekayasanya. Lebih dari itu, dia seorang penyair. Maka, hendaklah dia mendatangkan kepada kami suatu tanda mukjizat sebagaimana rasul-rasul yang diutus terdahulu.” مَآ اٰمَنَتْ قَبْلَهُمْ مِّنْ قَرْيَةٍ اَهْلَكْنٰهَاۚ اَفَهُمْ يُؤْمِنُوْنَ Mā āmanat qablahum min qaryatin ahlaknāhā, afahum yu'minūna. Tidak ada satu pun penduduk negeri sebelum mereka yang telah Kami binasakan itu beriman, padahal telah Kami kirimkan bukti. Apakah mereka penduduk Makkah akan beriman jika Kami kirimkan bukti? وَمَآ اَرْسَلْنَا قَبْلَكَ اِلَّا رِجَالًا نُّوْحِيْٓ اِلَيْهِمْ فَسْـَٔلُوْٓا اَهْلَ الذِّكْرِ اِنْ كُنْتُمْ لَا تَعْلَمُوْنَ Wa mā arsalnā qablaka illā rijālan nūḥī ilaihim fas'alū ahlaż-żikri in kuntum lā talamūna. Kami tidak mengutus sebelum engkau Nabi Muhammad melainkan beberapa orang laki-laki yang Kami beri wahyu kepada mereka. Maka, bertanyalah kepada orang yang berilmu jika kamu tidak mengetahui. وَمَا جَعَلْنٰهُمْ جَسَدًا لَّا يَأْكُلُوْنَ الطَّعَامَ وَمَا كَانُوْا خٰلِدِيْنَ Wa mā jaalnāhum jasadal lā ya'kulūnaṭ-ṭaāma wa mā kānū khālidīna. Kami tidak menjadikan mereka para utusan sebagai jasad yang tidak membutuhkan makanan. Mereka tidak pula hidup kekal. ثُمَّ صَدَقْنٰهُمُ الْوَعْدَ فَاَنْجَيْنٰهُمْ وَمَنْ نَّشَاۤءُ وَاَهْلَكْنَا الْمُسْرِفِيْنَ Ṡumma ṣadaqnāhumul-wada fa anjaināhum wa man nasyā'u wa ahlaknal-musrifīna. Kemudian Kami tepati janji kepada mereka para utusan. Maka, Kami selamatkan mereka dan orang-orang yang Kami kehendaki dan Kami binasakan orang-orang yang melampaui batas. لَقَدْ اَنْزَلْنَآ اِلَيْكُمْ كِتٰبًا فِيْهِ ذِكْرُكُمْۗ اَفَلَا تَعْقِلُوْنَ ࣖ Laqad anzalnā ilaikum kitāban fīhi żikrukum, afalā taqilūna. Sungguh, Kami benar-benar telah menurunkan kepadamu sebuah Kitab Al-Qur’an yang di dalamnya terdapat peringatan bagimu. Apakah kamu tidak mengerti? وَكَمْ قَصَمْنَا مِنْ قَرْيَةٍ كَانَتْ ظَالِمَةً وَّاَنْشَأْنَا بَعْدَهَا قَوْمًا اٰخَرِيْنَ Wa kam qaṣamnā min qaryatin kānat ẓālimataw wa ansya'nā badahā qauman ākharīna. Betapa banyak penduduk negeri yang zalim telah Kami binasakan dan Kami lahirkan generasi yang lain setelah mereka sebagai penggantinya. فَلَمَّآ اَحَسُّوْا بَأْسَنَآ اِذَا هُمْ مِّنْهَا يَرْكُضُوْنَ ۗ Falammā aḥassū ba'sanā iżā hum minhā yarkuḍūna. Maka, ketika mereka menyadari dekatnya azab Kami, tiba-tiba mereka melarikan diri darinya negeri itu. لَا تَرْكُضُوْا وَارْجِعُوْٓا اِلٰى مَآ اُتْرِفْتُمْ فِيْهِ وَمَسٰكِنِكُمْ لَعَلَّكُمْ تُسْـَٔلُوْنَ Lā tarkuḍū warjiū ilā mā utriftum fīhi wa masākinikum laallakum tus'alūna. Janganlah kamu berlari tergesa-gesa. Kembalilah kamu kepada kesenangan hidupmu dan tempat-tempat kediamanmu yang baik agar kamu dapat ditanya. قَالُوْا يٰوَيْلَنَآ اِنَّا كُنَّا ظٰلِمِيْنَ Qālū yā wailanā innā kunnā ẓālimīna. Mereka berkata, “Betapa celaka kami! Sesungguhnya kami adalah orang-orang zalim.” فَمَا زَالَتْ تِّلْكَ دَعْوٰىهُمْ حَتّٰى جَعَلْنٰهُمْ حَصِيْدًا خٰمِدِيْنَ Famā zālat tilka dawāhum ḥattā jaalnāhum ḥaṣīdan khāmidīna. Kemudian, kalimat itu selalu menjadi keluhan mereka hingga mereka Kami jadikan seperti tanaman yang telah dituai dan seperti api yang padam. وَمَا خَلَقْنَا السَّمَاۤءَ وَالْاَرْضَ وَمَا بَيْنَهُمَا لٰعِبِيْنَ Wa mā khalaqnas-samā'a wal-arḍa wa mā bainahumā lāibīna. Kami tidak menciptakan langit dan bumi serta segala apa yang ada di antara keduanya dengan main-main. لَوْ اَرَدْنَآ اَنْ نَّتَّخِذَ لَهْوًا لَّاتَّخَذْنٰهُ مِنْ لَّدُنَّآ ۖاِنْ كُنَّا فٰعِلِيْنَ Lau aradnā an nattakhiża lahwal lattakhażnāhum mil ladunnā, in kunnā fāilīna. Seandainya Kami hendak menjadikan sesuatu sebagai permainan, tentulah Kami akan membuatnya dari sisi Kami, jika Kami benar-benar menghendaki berbuat demikian. بَلْ نَقْذِفُ بِالْحَقِّ عَلَى الْبَاطِلِ فَيَدْمَغُهٗ فَاِذَا هُوَ زَاهِقٌۗ وَلَكُمُ الْوَيْلُ مِمَّا تَصِفُوْنَ Bal naqżifu bil-ḥaqqi alal-bāṭili fa yadmaguhū fa iżā huwa zāhiqun, wa lakumul-wailu mimmā taṣifūna. Sebaliknya, Kami melemparkan yang hak kebenaran kepada yang batil tidak benar lalu yang hak itu menghancurkannya. Maka, seketika itu ia yang batil lenyap. Celakalah kamu karena kamu menyifati Allah dengan sifat-sifat yang tidak pantas bagi-Nya. وَلَهٗ مَنْ فِى السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضِۗ وَمَنْ عِنْدَهٗ لَا يَسْتَكْبِرُوْنَ عَنْ عِبَادَتِهٖ وَلَا يَسْتَحْسِرُوْنَ ۚ Wa lahū man fis-samāwāti wal-arḍi, wa man indahū lā yastakbirūna an ibādatihī wa lā yastaḥsirūna. Hanya milik-Nya siapa yang di langit dan di bumi. Malaikat-malaikat yang di sisi-Nya tidak mempunyai rasa angkuh untuk menyembah-Nya dan tidak pula merasa letih. يُسَبِّحُوْنَ الَّيْلَ وَالنَّهَارَ لَا يَفْتُرُوْنَ Yusabbiḥūnal-laila wan-nahāra wa lā yafturūna. Mereka malaikat-malaikat bertasbih pada waktu malam dan siang dengan tidak henti-hentinya. اَمِ اتَّخَذُوْٓا اٰلِهَةً مِّنَ الْاَرْضِ هُمْ يُنْشِرُوْنَ Amittakhażū ālihatam minal-arḍi hum yunsyirūna. Apakah mereka mengambil dari bumi tuhan-tuhan yang dapat menghidupkan orang-orang yang mati? لَوْ كَانَ فِيْهِمَآ اٰلِهَةٌ اِلَّا اللّٰهُ لَفَسَدَتَاۚ فَسُبْحٰنَ اللّٰهِ رَبِّ الْعَرْشِ عَمَّا يَصِفُوْنَ Lau kāna fīhimā ālihatun illallāhu lafasadatā, fa subḥānallāhi rabbil-arsyi ammā yaṣifūna. Seandainya pada keduanya langit dan bumi ada tuhan-tuhan selain Allah, tentu keduanya telah binasa. Mahasuci Allah, Tuhan pemilik ʻArasy, dari apa yang mereka sifatkan. لَا يُسْـَٔلُ عَمَّا يَفْعَلُ وَهُمْ يُسْـَٔلُوْنَ Lā yus'alu ammā yafalu wa hum yus'alūna. Allah tidak ditanya tentang apa yang Dia kerjakan, tetapi merekalah yang akan ditanya. اَمِ اتَّخَذُوْا مِنْ دُوْنِهٖٓ اٰلِهَةً ۗقُلْ هَاتُوْا بُرْهَانَكُمْۚ هٰذَا ذِكْرُ مَنْ مَّعِيَ وَذِكْرُ مَنْ قَبْلِيْۗ بَلْ اَكْثَرُهُمْ لَا يَعْلَمُوْنَۙ الْحَقَّ فَهُمْ مُّعْرِضُوْنَ Amittakhażū min dūnihī ālihahtan, qul hātū burhānakum, hāżā żikru mam maiya wa żikru man qablī, bal akṡaruhum lā yalamūnal-ḥaqqa fahum muriḍūna. Apakah mereka mengambil tuhan-tuhan selain-Nya? Katakanlah Nabi Muhammad, “Kemukakanlah alasan-alasanmu! Ini ajaran tauhid adalah sesuatu yang selalu diingatkan kepada orang yang bersamaku dan kepada orang sebelumku.” Akan tetapi, kebanyakan mereka tidak mengetahui yang hak kebenaran sehingga mereka berpaling. وَمَآ اَرْسَلْنَا مِنْ قَبْلِكَ مِنْ رَّسُوْلٍ اِلَّا نُوْحِيْٓ اِلَيْهِ اَنَّهٗ لَآ اِلٰهَ اِلَّآ اَنَا۠ فَاعْبُدُوْنِ Wa mā arsalnā min qablika mir rasūlin illā nūḥī ilaihi annahū lā ilāha illā ana fabudūni. Kami tidak mengutus seorang rasul pun sebelum engkau Nabi Muhammad, melainkan Kami mewahyukan kepadanya bahwa tidak ada tuhan selain Aku. Maka, sembahlah Aku. وَقَالُوا اتَّخَذَ الرَّحْمٰنُ وَلَدًا سُبْحٰنَهٗ ۗبَلْ عِبَادٌ مُّكْرَمُوْنَ ۙ Wa qāluttakhażar-raḥmānu waladan subḥānahū, bal ibādum mukramūna. Mereka berkata, “Tuhan Yang Maha Pengasih telah menjadikan malaikat sebagai anak.” Mahasuci Dia. Sebaliknya, mereka para malaikat itu adalah hamba-hamba yang dimuliakan. لَا يَسْبِقُوْنَهٗ بِالْقَوْلِ وَهُمْ بِاَمْرِهٖ يَعْمَلُوْنَ Lā yasbiqūnahū bil-qauli wa hum bi'amrihī yamalūna. Mereka tidak berbicara mendahului-Nya dan mereka mengerjakan perintah-perintah-Nya. يَعْلَمُ مَا بَيْنَ اَيْدِيْهِمْ وَمَا خَلْفَهُمْ وَلَا يَشْفَعُوْنَۙ اِلَّا لِمَنِ ارْتَضٰى وَهُمْ مِّنْ خَشْيَتِهٖ مُشْفِقُوْنَ Yalamū mā baina aidīhim wa mā khalfahum wa lā yasyfaūna illā limanirtaḍā wa hum min khasy-yatihī musyfiqūna. Dia Allah mengetahui segala sesuatu yang ada di hadapan mereka malaikat dan yang ada di belakang mereka. Mereka tidak memberi syafaat melainkan kepada orang yang Dia ridai dan mereka selalu berhati-hati karena takut kepada-Nya. ۞ وَمَنْ يَّقُلْ مِنْهُمْ اِنِّيْٓ اِلٰهٌ مِّنْ دُوْنِهٖ فَذٰلِكَ نَجْزِيْهِ جَهَنَّمَۗ كَذٰلِكَ نَجْزِى الظّٰلِمِيْنَ ࣖ Wa may yaqul minhum innī ilāhun min dūnihī fa żālika najzīhi jahannama, każālika najziẓ-ẓālimīna. Siapa saja di antara mereka malaikat yang berkata, “Sesungguhnya aku adalah tuhan selain-Nya,” maka dia itu Kami beri balasan dengan neraka Jahanam. Demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang zalim. اَوَلَمْ يَرَ الَّذِيْنَ كَفَرُوْٓا اَنَّ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضَ كَانَتَا رَتْقًا فَفَتَقْنٰهُمَاۗ وَجَعَلْنَا مِنَ الْمَاۤءِ كُلَّ شَيْءٍ حَيٍّۗ اَفَلَا يُؤْمِنُوْنَ Awalam yaral-lażīna kafarū annas-samāwāti wal-arḍa kānatā ratqan fa fataqnāhumā, wa jaalnā minal-mā'i kulla syai'in ḥayyin, afalā yu'minūna. Apakah orang-orang kafir tidak mengetahui bahwa langit dan bumi, keduanya, dahulu menyatu, kemudian Kami memisahkan keduanya dan Kami menjadikan segala sesuatu yang hidup berasal dari air? Maka, tidakkah mereka beriman? وَجَعَلْنَا فِى الْاَرْضِ رَوَاسِيَ اَنْ تَمِيْدَ بِهِمْۖ وَجَعَلْنَا فِيْهَا فِجَاجًا سُبُلًا لَّعَلَّهُمْ يَهْتَدُوْنَ Wa jaalnā fil-arḍi rawāsiya an tamīda bihim, wa jaanā fīhā fijājan subulal laallahum yahtadūna. Kami telah menjadikan di bumi gunung-gunung yang kukuh agar tidak berguncang bersama mereka dan Kami menjadikan pula di sana jalan-jalan yang luas agar mereka mendapat petunjuk. وَجَعَلْنَا السَّمَاۤءَ سَقْفًا مَّحْفُوْظًاۚ وَهُمْ عَنْ اٰيٰتِهَا مُعْرِضُوْنَ Wa jaalnas-samā'a saqfam maḥfūẓān, wa hum an āyātihā muriḍūna. Kami menjadikan langit sebagai atap yang terpelihara, tetapi mereka tetap berpaling dari tanda-tandanya yang menunjukkan kebesaran Allah, seperti matahari dan bulan. وَهُوَ الَّذِيْ خَلَقَ الَّيْلَ وَالنَّهَارَ وَالشَّمْسَ وَالْقَمَرَۗ كُلٌّ فِيْ فَلَكٍ يَّسْبَحُوْنَ Wa huwal-lażī khalaqal-laila wan-nahāra wasy-syamsa wal-qamara, kullun fī falakiy yasbaḥūna. Dialah yang telah menciptakan malam dan siang, matahari dan bulan. Masing-masing beredar pada garis edarnya. وَمَا جَعَلْنَا لِبَشَرٍ مِّنْ قَبْلِكَ الْخُلْدَۗ اَفَا۟ىِٕنْ مِّتَّ فَهُمُ الْخٰلِدُوْنَ Wa mā jaalnā libasyarim min qablikal-khulda, afa'im mitta fahumul-khālidūna. Kami tidak menjadikan keabadian bagi seorang manusia pun sebelum engkau Nabi Muhammad. Maka, jika engkau wafat, apakah mereka akan kekal? كُلُّ نَفْسٍ ذَاۤىِٕقَةُ الْمَوْتِۗ وَنَبْلُوْكُمْ بِالشَّرِّ وَالْخَيْرِ فِتْنَةً ۗوَاِلَيْنَا تُرْجَعُوْنَ Kullu nafsin żā'iqatul-mauti, wa nablūkum bisy-syarri wal-khairi fitnahtan, wa ilainā turjaūna. Setiap yang bernyawa akan merasakan kematian. Kami menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan. Kepada Kamilah kamu akan dikembalikan. وَاِذَا رَاٰكَ الَّذِيْنَ كَفَرُوْٓا اِنْ يَّتَّخِذُوْنَكَ اِلَّا هُزُوًاۗ اَهٰذَا الَّذِيْ يَذْكُرُ اٰلِهَتَكُمْۚ وَهُمْ بِذِكْرِ الرَّحْمٰنِ هُمْ كٰفِرُوْنَ Wa iżā ra'ākal-lażīna kafarū iy yattakhiżūnaka illā huzuwān, ahāżal-lażī yażkuru ālihatakum, wa hum biżikrir-raḥmāni hum kāfirūna. Apabila orang-orang yang kufur itu melihat engkau Nabi Muhammad, mereka hanya menjadikan engkau bahan ejekan. Mereka mengatakan, “Inikah orang yang mencela tuhan-tuhanmu?” Padahal, mereka orang yang ingkar mengingat Allah Yang Maha Pengasih. خُلِقَ الْاِنْسَانُ مِنْ عَجَلٍۗ سَاُورِيْكُمْ اٰيٰتِيْ فَلَا تَسْتَعْجِلُوْنِ Khuliqal-insānu min ajalin, sa'urīkum āyātī falā tastajilūni. Manusia diciptakan bersifat tergesa-gesa. Kelak Aku akan memperlihatkan kepadamu azab yang menjadi tanda-tanda kekuasaan- Ku. Maka, janganlah kamu meminta Aku menyegerakannya. وَيَقُوْلُوْنَ مَتٰى هٰذَا الْوَعْدُ اِنْ كُنْتُمْ صٰدِقِيْنَ Wa yaqūlūna matā hāżal-wadu in kuntum ṣādiqīna. Mereka berkata, “Kapankah janji ini akan datang, jika kamu orang yang benar?” لَوْ يَعْلَمُ الَّذِيْنَ كَفَرُوْا حِيْنَ لَا يَكُفُّوْنَ عَنْ وُّجُوْهِهِمُ النَّارَ وَلَا عَنْ ظُهُوْرِهِمْ وَلَا هُمْ يُنْصَرُوْنَ Lau yalamul-lażīna kafarū ḥīna lā yakuffūna aw wujūhihimun nāra wa lā an ẓuhūrihim wa lā hum yunṣarūna. Seandainya orang-orang yang kufur itu mengetahui saat mereka tidak mampu mengelakkan api neraka dari wajah dan punggung mereka dan saat mereka tidak mendapat pertolongan, tentulah mereka tidak meminta agar azab itu disegerakan. بَلْ تَأْتِيْهِمْ بَغْتَةً فَتَبْهَتُهُمْ فَلَا يَسْتَطِيْعُوْنَ رَدَّهَا وَلَا هُمْ يُنْظَرُوْنَ Bal ta'tīhim bagtatan fa tabhatuhum falā yastaṭīūna raddahā wa lā hum yunẓarūna. Sebenarnya hari Kiamat itu akan datang kepada mereka secara tiba-tiba, lalu menjadikan mereka panik. Maka, mereka tidak sanggup menolaknya dan tidak pula diberi penangguhan waktu. وَلَقَدِ اسْتُهْزِئَ بِرُسُلٍ مِّنْ قَبْلِكَ فَحَاقَ بِالَّذِيْنَ سَخِرُوْا مِنْهُمْ مَّا كَانُوْا بِهٖ يَسْتَهْزِءُوْنَ ࣖ Wa laqadistuhzi'a birusulim min qablika fa ḥāqa bil-lażīna sakhirū minhum mā kānū bihī yastahzi'ūna. Sungguh, rasul-rasul sebelum engkau Nabi Muhammad telah diperolok-olokkan, lalu karena itu turunlah kepada orang-orang yang mencemooh mereka rasul-rasul apa azab yang selalu mereka perolok-olokkan. قُلْ مَنْ يَّكْلَؤُكُمْ بِالَّيْلِ وَالنَّهَارِ مِنَ الرَّحْمٰنِۗ بَلْ هُمْ عَنْ ذِكْرِ رَبِّهِمْ مُّعْرِضُوْنَ Qul may yakla'ukum bil-laili wan-nahāri minar-raḥmāni, bal hum an żikrihim muriḍūna. Katakanlah, “Siapakah yang akan menjaga kamu pada waktu malam dan siang dari siksaan Allah Yang Maha Pengasih?” Bahkan, mereka berpaling dari mengingat Tuhan mereka. اَمْ لَهُمْ اٰلِهَةٌ تَمْنَعُهُمْ مِّنْ دُوْنِنَاۗ لَا يَسْتَطِيْعُوْنَ نَصْرَ اَنْفُسِهِمْ وَلَا هُمْ مِّنَّا يُصْحَبُوْنَ Am lahum ālihatun tamnauhum min dūninā, lā yastaṭīūna naṣra anfusihim wa lā hum minnā yuṣḥabūna. Ataukah mereka mempunyai tuhan-tuhan selain Kami yang dapat memelihara mereka dari azab Kami? Tuhan-tuhan mereka itu tidak sanggup menolong diri mereka sendiri dan tidak pula dilindungi dari azab Kami. بَلْ مَتَّعْنَا هٰٓؤُلَاۤءِ وَاٰبَاۤءَهُمْ حَتّٰى طَالَ عَلَيْهِمُ الْعُمُرُۗ اَفَلَا يَرَوْنَ اَنَّا نَأْتِى الْاَرْضَ نَنْقُصُهَا مِنْ اَطْرَافِهَاۗ اَفَهُمُ الْغٰلِبُوْنَ Bal mattanā hā'ulā'i wa ābā'ahum ḥattā ṭāla alaihimul-umuru, afalā yarauna annā na'til-arḍa nanquṣuhā min aṭrāfihā, afahumul-gālibūna. Sebenarnya Kami telah memberi mereka dan nenek moyang mereka kenikmatan hidup di dunia hingga panjang usia mereka. Maka, tidakkah mereka melihat bahwa Kami mendatangi negeri yang berada di bawah kekuasaan orang kafir, lalu Kami kurangi luasnya dari ujung-ujungnya? Merekakah yang menang? قُلْ اِنَّمَآ اُنْذِرُكُمْ بِالْوَحْيِۖ وَلَا يَسْمَعُ الصُّمُّ الدُّعَاۤءَ اِذَا مَا يُنْذَرُوْنَ Qul innamā unżirukum bil-waḥyi, wa lā yasmauṣ-ṣummud-duā'a iżā mā yunżarūna. Katakanlah Nabi Muhammad, “Sesungguhnya aku hanya memperingatkanmu dengan wahyu.” Akan tetapi, orang-orang tuli musyrik tidak mendengarkan seruan bila mereka diberi peringatan. وَلَىِٕنْ مَّسَّتْهُمْ نَفْحَةٌ مِّنْ عَذَابِ رَبِّكَ لَيَقُوْلُنَّ يٰوَيْلَنَآ اِنَّا كُنَّا ظٰلِمِيْنَ Wa la'im massathum nafḥatum min ażābi rabbika layaqūlunna yā wailanā innā kunnā ẓālimīna. Jika mereka ditimpa sedikit saja azab Tuhanmu, pastilah mereka berkata, “Celakalah kami! Sesungguhnya kami adalah orang yang selalu menzalimi diri sendiri.” وَنَضَعُ الْمَوَازِيْنَ الْقِسْطَ لِيَوْمِ الْقِيٰمَةِ فَلَا تُظْلَمُ نَفْسٌ شَيْـًٔاۗ وَاِنْ كَانَ مِثْقَالَ حَبَّةٍ مِّنْ خَرْدَلٍ اَتَيْنَا بِهَاۗ وَكَفٰى بِنَا حٰسِبِيْنَ Wa naḍaul-mawāzīnal-qisṭa liyaumil-qiyāmati falā tuẓlamu nafsun syai'ān, wa in kāna miṡqāla ḥabbatim min khardalin atainā bihā, wa kafā binā ḥāsibīna. Kami akan meletakkan timbangan amal yang tepat pada hari Kiamat, sehingga tidak seorang pun dirugikan walaupun sedikit. Sekalipun amal itu hanya seberat biji sawi, pasti Kami mendatangkannya. Cukuplah Kami sebagai pembuat perhitungan. وَلَقَدْ اٰتَيْنَا مُوْسٰى وَهٰرُوْنَ الْفُرْقَانَ وَضِيَاۤءً وَّذِكْرًا لِّلْمُتَّقِيْنَ ۙ Wa laqad ātainā mūsā wa hārūnal-furqāna wa ḍiyā'aw wa żikral lil-muttaqīna. Sungguh, Kami telah menganugerahkan kepada Musa dan Harun Al-Furqan Kitab Taurat, sinar kehidupan, dan peringatan bagi orang-orang yang bertakwa. الَّذِيْنَ يَخْشَوْنَ رَبَّهُمْ بِالْغَيْبِ وَهُمْ مِّنَ السَّاعَةِ مُشْفِقُوْنَ Allażīna yakhsyauna rabbahum bil-gaibi wa hum minas-sāati musyfiqūna. Yaitu orang-orang yang takut azab Tuhannya, sekalipun mereka tidak melihat-Nya, dan mereka merasa takut akan tibanya hari Kiamat. وَهٰذَا ذِكْرٌ مُّبٰرَكٌ اَنْزَلْنٰهُۗ اَفَاَنْتُمْ لَهٗ مُنْكِرُوْنَ ࣖ Wa hāżā żikrum mubārakun anzalnāhu, afa antum lahū munkirūna. Ini Al-Qur’an adalah peringatan yang diberkahi yang telah Kami turunkan. Maka, apakah kamu menjadi pengingkar terhadapnya? ۞ وَلَقَدْ اٰتَيْنَآ اِبْرٰهِيْمَ رُشْدَهٗ مِنْ قَبْلُ وَكُنَّا بِهٖ عٰلِمِيْنَ Wa laqad ātainā ibrāhīma rusydahū min qablu wa kunnā bihī ālimīna. Sungguh, Kami benar-benar telah menganugerahkan kepada Ibrahim petunjuk sebelum Musa dan Harun dan Kami telah mengetahui dirinya. اِذْ قَالَ لِاَبِيْهِ وَقَوْمِهٖ مَا هٰذِهِ التَّمَاثِيْلُ الَّتِيْٓ اَنْتُمْ لَهَا عٰكِفُوْنَ Iż qāla li'abīhi wa qaumihī mā hāżihit-tamāṡīlul-latī antum lahā ākifūna. Ingatlah ketika dia Ibrahim berkata kepada bapaknya dan kaumnya, “Patung-patung apakah ini yang kamu tekun menyembahnya?” قَالُوْا وَجَدْنَآ اٰبَاۤءَنَا لَهَا عٰبِدِيْنَ Qālū wajadnā ābā'anā lahā ābidīna. Mereka menjawab, “Kami mendapati nenek moyang kami menjadi para penyembahnya” قَالَ لَقَدْ كُنْتُمْ اَنْتُمْ وَاٰبَاۤؤُكُمْ فِيْ ضَلٰلٍ مُّبِيْنٍ Qāla laqad kuntum antum wa ābā'ukum fī ḍalālim mubīnin. Dia Ibrahim berkata, “Sungguh, kamu dan nenek moyang kamu berada dalam kesesatan yang nyata.” قَالُوْٓا اَجِئْتَنَا بِالْحَقِّ اَمْ اَنْتَ مِنَ اللّٰعِبِيْنَ Qālū aji'tanā bil-ḥaqqi am anta minal-lāibīna. Mereka berkata, “Apakah engkau datang kepada kami membawa kebenaran atau engkau hanya bermain-main?” قَالَ بَلْ رَّبُّكُمْ رَبُّ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضِ الَّذِيْ فَطَرَهُنَّۖ وَاَنَا۠ عَلٰى ذٰلِكُمْ مِّنَ الشّٰهِدِيْنَ Qāla bar rabbukum rabbus-samāwāti wal-arḍil-lażī faṭarahunna, wa ana alā żālikum minasy-syāhidīna. Dia Ibrahim menjawab, “Sebenarnya, Tuhan kamu adalah Tuhan langit dan bumi yang telah menciptakannya dan aku adalah salah satu saksi atas itu.” وَتَاللّٰهِ لَاَكِيْدَنَّ اَصْنَامَكُمْ بَعْدَ اَنْ تُوَلُّوْا مُدْبِرِيْنَ Wa tallāhi la'akīdanna aṣnāmakum bada an tuwallū mudbirīna. Nabi Ibrahim berkata dalam hatinya, “Demi Allah, sungguh, aku akan melakukan tipu daya terhadap berhala-berhalamu setelah kamu pergi meninggalkannya.” فَجَعَلَهُمْ جُذٰذًا اِلَّا كَبِيْرًا لَّهُمْ لَعَلَّهُمْ اِلَيْهِ يَرْجِعُوْنَ Fa jaalahum jużāżan illā kabīral lahum laallahum ilaihi yarjiūna. Dia Ibrahim lalu menjadikan mereka berhala-berhala itu hancur berkeping-keping, kecuali satu patung yang terbesar milik mereka agar mereka kembali untuk bertanya kepadanya. قَالُوْا مَنْ فَعَلَ هٰذَا بِاٰلِهَتِنَآ اِنَّهٗ لَمِنَ الظّٰلِمِيْنَ Qālū man faala hāżā bi'ālihatinā innahū laminaẓ-ẓālimīna. Mereka berkata, “Siapakah yang melakukan perbuatan ini terhadap tuhan-tuhan kami? Sesungguhnya dia termasuk orang-orang zalim.” قَالُوْا سَمِعْنَا فَتًى يَّذْكُرُهُمْ يُقَالُ لَهٗٓ اِبْرٰهِيْمُ ۗ Qālū saminā fatay yażkuruhum yuqālu lahū ibrāhīmu. Mereka para penyembah berhala yang lain berkata, “Kami mendengar seorang pemuda yang mencela mereka berhala-berhala. Dia dipanggil dengan nama Ibrahim.” قَالُوْا فَأْتُوْا بِهٖ عَلٰٓى اَعْيُنِ النَّاسِ لَعَلَّهُمْ يَشْهَدُوْنَ Qālū fa'tū bihī alā ayunin-nāsi laallahum yasyhadūna. Mereka berkata, “Kalau demikian, bawalah dia dengan diperlihatkan kepada orang banyak agar mereka menyaksikan-nya.” قَالُوْٓا ءَاَنْتَ فَعَلْتَ هٰذَا بِاٰلِهَتِنَا يٰٓاِبْرٰهِيْمُ ۗ Qālū a'anta faalta hāżā bi'ālihatinā yā ibrāhīmu. Mereka bertanya, “Apakah engkau yang melakukan perbuatan ini terhadap tuhan-tuhan kami, wahai Ibrahim?” قَالَ بَلْ فَعَلَهٗ كَبِيْرُهُمْ هٰذَا فَسْـَٔلُوْهُمْ اِنْ كَانُوْا يَنْطِقُوْنَ Qāla bal faalahū kabīruhum hāżā fas'alūhum in kānū yanṭiqūna. Dia Ibrahim menjawab, “Sebenarnya patung besar ini yang melakukannya. Tanyakanlah kepada mereka patung-patung lainnya jika mereka dapat berbicara.” فَرَجَعُوْٓا اِلٰٓى اَنْفُسِهِمْ فَقَالُوْٓا اِنَّكُمْ اَنْتُمُ الظّٰلِمُوْنَ ۙ Fa rajaū ilā anfusihim fa qālū innakum antumuẓ-ẓālimūna. Maka, mereka kembali kepada diri mereka sendiri mulai sadar lalu berkata kepada sesama mereka, “Sesungguhnya kamulah yang menzalimi diri sendiri.” ثُمَّ نُكِسُوْا عَلٰى رُءُوْسِهِمْۚ لَقَدْ عَلِمْتَ مَا هٰٓؤُلَاۤءِ يَنْطِقُوْنَ Ṡumma nukisū alā ru'ūsihim, laqad alimta mā hā'ulā'i yanṭiqūna. Kemudian mereka menundukkan kepala lalu berkata, “Engkau Ibrahim pasti tahu bahwa berhala-berhala itu tidak dapat berbicara.” قَالَ اَفَتَعْبُدُوْنَ مِنْ دُوْنِ اللّٰهِ مَا لَا يَنْفَعُكُمْ شَيْـًٔا وَّلَا يَضُرُّكُمْ ۗ Qāla afatabudūna min dūnillāhi mā lā yanfaukum syai'aw wa lā yaḍurrukum. Dia Ibrahim berkata, “Mengapa kamu menyembah sesuatu selain Allah yang tidak dapat memberi manfaat sedikit pun dan tidak pula mendatangkan mudarat kepada kamu? اُفٍّ لَّكُمْ وَلِمَا تَعْبُدُوْنَ مِنْ دُوْنِ اللّٰهِ ۗاَفَلَا تَعْقِلُوْنَ Uffil lakum wa limā tabudūna min dūnillāhi, afalā taqilūna. Celakalah kamu dan apa yang kamu sembah selain Allah! Apakah kamu tidak mengerti?” قَالُوْا حَرِّقُوْهُ وَانْصُرُوْٓا اٰلِهَتَكُمْ اِنْ كُنْتُمْ فٰعِلِيْنَ Qālū ḥarriqūhu wanṣurū ālihatakum in kuntum fāilīna. Mereka berkata, “Bakarlah dia Ibrahim dan bantulah tuhan-tuhan kamu jika kamu benar-benar hendak berbuat.” قُلْنَا يٰنَارُ كُوْنِيْ بَرْدًا وَّسَلٰمًا عَلٰٓى اِبْرٰهِيْمَ ۙ Qulnā yā nāru kūnī bardaw wa salāman alā ibrāhīma. Kami Allah berfirman, “Wahai api, jadilah dingin dan keselamatan bagi Ibrahim!” وَاَرَادُوْا بِهٖ كَيْدًا فَجَعَلْنٰهُمُ الْاَخْسَرِيْنَ ۚ Wa arādū bihī kaidan fa jaalnāhumul-akhsarīna. Mereka hendak berbuat jahat terhadap Ibrahim, tetapi Kami menjadikan mereka itu orang-orang yang paling rugi. وَنَجَّيْنٰهُ وَلُوْطًا اِلَى الْاَرْضِ الَّتِيْ بٰرَكْناَ فِيْهَا لِلْعٰلَمِيْنَ Wa najjaināhu wa lūṭan ilal-arḍil-latī bāraknā fīhā lil-ālamīna. Kami menyelamatkannya Ibrahim dan Lut ke tanah Syam yang telah Kami berkahi untuk seluruh alam. وَوَهَبْنَا لَهٗٓ اِسْحٰقَ وَيَعْقُوْبَ نَافِلَةً ۗوَكُلًّا جَعَلْنَا صٰلِحِيْنَ Wa wahabnā lahū isḥāqa wa yaqūba nāfilahtan, wa kullan jaalnā ṣāliḥīna. Kami juga menganugerahkan kepadanya Ibrahim Ishaq anak dan sebagai tambahan Kami anugerahkan pula Yaqub cucu. Masing-masing Kami jadikan orang yang saleh. وَجَعَلْنٰهُمْ اَىِٕمَّةً يَّهْدُوْنَ بِاَمْرِنَا وَاَوْحَيْنَآ اِلَيْهِمْ فِعْلَ الْخَيْرٰتِ وَاِقَامَ الصَّلٰوةِ وَاِيْتَاۤءَ الزَّكٰوةِۚ وَكَانُوْا لَنَا عٰبِدِيْنَ ۙ Wa jaalnāhum a'immatay yahdūna bi'amrinā wa auḥainā ilaihim filal-khairāti wa iqāmaṣ-ṣalāti wa ītā'az-zakāhti, wa kānū lanā ābidīna. Kami menjadikan mereka itu pemimpin-pemimpin yang memberi petunjuk atas perintah Kami dan Kami mewahyukan kepada mereka perintah berbuat kebaikan, menegakkan salat, dan menunaikan zakat, serta hanya kepada Kami mereka menyembah. وَلُوْطًا اٰتَيْنٰهُ حُكْمًا وَّعِلْمًا وَّنَجَّيْنٰهُ مِنَ الْقَرْيَةِ الَّتِيْ كَانَتْ تَّعْمَلُ الْخَبٰۤىِٕثَ ۗاِنَّهُمْ كَانُوْا قَوْمَ سَوْءٍ فٰسِقِيْنَۙ Wa lūṭan ātaināhu ḥumkaw wa ilmaw wa najjaināhu minal-qaryatil-latī kānat tamalul-khabā'iṡa, innahum kānū qauma sau'in fāsiqīna. Kepada Lut, Kami menganugerahkan hikmah serta ilmu dan Kami menyelamatkannya dari azab yang telah menimpa penduduk negeri Sodom yang melakukan perbuatan keji. Sesungguhnya mereka adalah kaum yang jahat lagi fasik. وَاَدْخَلْنٰهُ فِيْ رَحْمَتِنَاۗ اِنَّهٗ مِنَ الصّٰلِحِيْنَ ࣖ Wa adkhalnāhu fī raḥmatinā, innahū minaṣ-ṣāliḥīna. Kami memasukkannya ke dalam rahmat Kami. Sesungguhnya dia termasuk golongan orang-orang yang saleh. وَنُوْحًا اِذْ نَادٰى مِنْ قَبْلُ فَاسْتَجَبْنَا لَهٗ فَنَجَّيْنٰهُ وَاَهْلَهٗ مِنَ الْكَرْبِ الْعَظِيْمِ ۚ Wa nūḥan iż nādā min qablu fastajabnā lahū fa najjaināhu wa ahlahū minal-karbil-aẓīmi. Ingatlah Nuh ketika dia berdoa sebelum itu. Kami memperkenankan doa-nya dan Kami menyelamatkannya bersama pengikutnya dari bencana yang besar. وَنَصَرْنٰهُ مِنَ الْقَوْمِ الَّذِيْنَ كَذَّبُوْا بِاٰيٰتِنَاۗ اِنَّهُمْ كَانُوْا قَوْمَ سَوْءٍ فَاَغْرَقْنٰهُمْ اَجْمَعِيْنَ Wa naṣarnāhu minal-qaumil-lażīna każżabū bi'āyātinā, innahum kānū qauma sau'in fa agraqnāhum ajmaīna. Kami menolongnya dari orang-orang yang telah mendustakan ayat-ayat Kami. Sesungguhnya mereka adalah kaum yang jahat, maka Kami tenggelamkan mereka semuanya. وَدَاوٗدَ وَسُلَيْمٰنَ اِذْ يَحْكُمٰنِ فِى الْحَرْثِ اِذْ نَفَشَتْ فِيْهِ غَنَمُ الْقَوْمِۚ وَكُنَّا لِحُكْمِهِمْ شٰهِدِيْنَ ۖ Wa dāwūda wa sulaimāna iż yaḥkumāni fil-ḥarṡi iż nafasyat fīhi ganamul-qaumi, wa kunnā liḥukmihim syāhidīna. Ingatlah Daud dan Sulaiman ketika mereka memberikan keputusan mengenai ladang yang dirusak pada malam hari oleh kambing-kambing milik kaumnya. Kami menyaksikan keputusan yang diberikan oleh mereka itu. فَفَهَّمْنٰهَا سُلَيْمٰنَۚ وَكُلًّا اٰتَيْنَا حُكْمًا وَّعِلْمًاۖ وَّسَخَّرْنَا مَعَ دَاوٗدَ الْجِبَالَ يُسَبِّحْنَ وَالطَّيْرَۗ وَكُنَّا فٰعِلِيْنَ Fa fahhamnāhā sulaimāna, wa kullan ātainā ḥukmaw wa ilmān, wa sakhkharnā maa dāwūdal-jibāla yusabbiḥna waṭ-ṭaira, wa kunnā fāilīna. Lalu, Kami memberi pemahaman kepada Sulaiman tentang keputusan yang lebih tepat. Kepada masing-masing Daud dan Sulaiman Kami memberi hikmah dan ilmu. Kami menundukkan gunung-gunung dan burung-burung untuk bertasbih bersama Daud. Kamilah yang melakukannya. وَعَلَّمْنٰهُ صَنْعَةَ لَبُوْسٍ لَّكُمْ لِتُحْصِنَكُمْ مِّنْۢ بَأْسِكُمْۚ فَهَلْ اَنْتُمْ شٰكِرُوْنَ Wa allamnāhu ṣanata labūsil lakum lituḥṣinakum mim ba'sikum, fahal antum syākirūna. Kami mengajarkan pula kepada Daud cara membuat baju besi untukmu guna melindungimu dari serangan musuhmu dalam peperangan. Maka, apakah kamu bersyukur kepada Allah? وَلِسُلَيْمٰنَ الرِّيْحَ عَاصِفَةً تَجْرِيْ بِاَمْرِهٖٓ اِلَى الْاَرْضِ الَّتِيْ بٰرَكْنَا فِيْهَاۗ وَكُنَّا بِكُلِّ شَيْءٍ عٰلِمِيْنَ Wa lisulaimānar-rīḥa āṣifatan tajrī bi'amrihī ilal-arḍil-latī bāraknā fīhā, wa kunnā bikulli syai'in ālimīna. Kami menundukkan pula untuk Sulaiman angin yang sangat kencang tiupannya yang berembus dengan perintahnya ke negeri yang Kami beri berkah padanya. Kami Maha Mengetahui segala sesuatu. وَمِنَ الشَّيٰطِيْنِ مَنْ يَّغُوْصُوْنَ لَهٗ وَيَعْمَلُوْنَ عَمَلًا دُوْنَ ذٰلِكَۚ وَكُنَّا لَهُمْ حٰفِظِيْنَ ۙ Wa minasy-syayāṭīna may yagūṣūna lahū wa yamalūna amalan dūna żālika, wa kunnā lahum ḥāfiẓīna. Kami tundukkan pula kepada Sulaiman segolongan setan yang menyelam ke dalam laut untuknya dan mengerjakan pekerjaan selain itu. Kamilah yang memelihara mereka itu. ۞ وَاَيُّوْبَ اِذْ نَادٰى رَبَّهٗٓ اَنِّيْ مَسَّنِيَ الضُّرُّ وَاَنْتَ اَرْحَمُ الرّٰحِمِيْنَ ۚ Wa ayyūba iż nādā rabbahū annī massaniyaḍ-ḍurru wa anta arḥamur-rāḥimīna. Ingatlah Ayyub ketika dia berdoa kepada Tuhannya, “Ya Tuhanku, sesungguhnya aku telah ditimpa penyakit, padahal Engkau Tuhan Yang Maha Penyayang dari semua yang penyayang.” فَاسْتَجَبْنَا لَهٗ فَكَشَفْنَا مَا بِهٖ مِنْ ضُرٍّ وَّاٰتَيْنٰهُ اَهْلَهٗ وَمِثْلَهُمْ مَّعَهُمْ رَحْمَةً مِّنْ عِنْدِنَا وَذِكْرٰى لِلْعٰبِدِيْنَ ۚ Fastajabnā lahū fa kasyafnā mā bihī min ḍurriw wa ātaināhu ahlahū wa miṡlahum maahum raḥmatam min indinā wa żikrā lil-ābidīna. Maka, Kami mengabulkan doa-nya, lalu Kami lenyapkan penyakit yang ada padanya, Kami mengembalikan keluarganya kepadanya, dan Kami melipatgandakan jumlah mereka sebagai suatu rahmat dari Kami dan pengingat bagi semua yang menyembah Kami. وَاِسْمٰعِيْلَ وَاِدْرِيْسَ وَذَا الْكِفْلِۗ كُلٌّ مِّنَ الصّٰبِرِيْنَ ۙ Wa ismāīla wa idrīsa wa żal-kifli, kullum minaṣ-ṣābirīna. Ingatlah pula Ismail, Idris, dan Zulkifli. Mereka semua termasuk orang-orang sabar. وَاَدْخَلْنٰهُمْ فِيْ رَحْمَتِنَاۗ اِنَّهُمْ مِّنَ الصّٰلِحِيْنَ Wa adkhalnāhum fī raḥmatinā, innahum minaṣ-ṣāliḥīna. Kami memasukkan mereka ke dalam rahmat Kami. Sesungguhnya mereka termasuk orang-orang saleh. وَذَا النُّوْنِ اِذْ ذَّهَبَ مُغَاضِبًا فَظَنَّ اَنْ لَّنْ نَّقْدِرَ عَلَيْهِ فَنَادٰى فِى الظُّلُمٰتِ اَنْ لَّآ اِلٰهَ اِلَّآ اَنْتَ سُبْحٰنَكَ اِنِّيْ كُنْتُ مِنَ الظّٰلِمِيْنَ ۚ Wa żan-nūni iż żahaba mugāḍiban fa ẓanna allan naqdira alaihi fa nādā fiẓ-ẓulumāti allā ilāha illā anta subḥānaka innī kuntu minaẓ-ẓālimīna. Ingatlah pula Zun Nun Yunus ketika dia pergi dalam keadaan marah, lalu dia menyangka bahwa Kami tidak akan menyulitkannya. Maka, dia berdoa dalam kegelapan yang berlapis-lapis, “Tidak ada tuhan selain Engkau. Mahasuci Engkau. Sesungguhnya aku termasuk orang-orang zalim.” فَاسْتَجَبْنَا لَهٗۙ وَنَجَّيْنٰهُ مِنَ الْغَمِّۗ وَكَذٰلِكَ نُـْۨجِى الْمُؤْمِنِيْنَ Fastajabnā lahū wa najjaināhu minal-gammi, wa każālika nunjil-mu'minīna. Kami lalu mengabulkan doa-nya dan Kami menyelamatkannya dari kedukaan. Demikianlah Kami menyelamatkan orang-orang mukmin. وَزَكَرِيَّآ اِذْ نَادٰى رَبَّهٗ رَبِّ لَا تَذَرْنِيْ فَرْدًا وَّاَنْتَ خَيْرُ الْوٰرِثِيْنَ ۚ Wa zakariyyā iż nādā rabbahū rabbi lā tażarnī fardaw wa anta khairul-wāriṡīna. Ingatlah Zakaria ketika dia berdoa kepada Tuhannya, “Ya Tuhanku, janganlah Engkau biarkan aku hidup seorang diri tanpa keturunan, sedang Engkau adalah sebaik-baik waris. فَاسْتَجَبْنَا لَهٗ ۖوَوَهَبْنَا لَهٗ يَحْيٰى وَاَصْلَحْنَا لَهٗ زَوْجَهٗۗ اِنَّهُمْ كَانُوْا يُسٰرِعُوْنَ فِى الْخَيْرٰتِ وَيَدْعُوْنَنَا رَغَبًا وَّرَهَبًاۗ وَكَانُوْا لَنَا خٰشِعِيْنَ Fastajabnā lahū, wa wahabnā lahū yaḥyā wa aṣlaḥnā lahū zaujahū, innahum kānū yusāriūna fil-khairāti wa yadūnanā ragabaw wa rahabān, wa kānū lanā khāsyiīna. Maka, Kami mengabulkan doa-nya, menganugerahkan Yahya kepadanya, dan menjadikan istrinya dapat mengandung. Sesungguhnya mereka selalu bersegera dalam mengerjakan kebaikan dan berdoa kepada Kami dengan penuh harap dan cemas. Mereka adalah orang-orang yang khusyuk kepada Kami. وَالَّتِيْٓ اَحْصَنَتْ فَرْجَهَا فَنَفَخْنَا فِيْهَا مِنْ رُّوْحِنَا وَجَعَلْنٰهَا وَابْنَهَآ اٰيَةً لِّلْعٰلَمِيْنَ Wal-latī aḥṣanat farjahā fa nafakhnā fīhā mir rūḥinā wa jaalnāhā wabnahā āyatal lil-ālamīna. Ingatlah pula Maryam yang memelihara kehormatannya, lalu Kami meniupkan roh dari Kami ke dalam tubuh-nya. Kami menjadikan dia dan anaknya sebagai tanda kebesaran Kami bagi seluruh alam. اِنَّ هٰذِهٖٓ اُمَّتُكُمْ اُمَّةً وَّاحِدَةًۖ وَّاَنَا۠ رَبُّكُمْ فَاعْبُدُوْنِ Inna hāżihī ummatukum ummataw wāḥidahtan, wa ana rabbukum fabudūni. Sesungguhnya ini agama tauhid adalah agamamu, agama yang satu, dan Aku adalah Tuhanmu. Maka, sembahlah Aku. وَتَقَطَّعُوْٓا اَمْرَهُمْ بَيْنَهُمْۗ كُلٌّ اِلَيْنَا رٰجِعُوْنَ ࣖ Wa taqaṭṭaū amrahum bainahum, kullun ilainā rājiūna. Akan tetapi, mereka terpecah-belah dalam urusan agama di antara mereka. Masing-masing golongan itu akan kembali kepada Kami. فَمَنْ يَّعْمَلْ مِنَ الصّٰلِحٰتِ وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَلَا كُفْرَانَ لِسَعْيِهٖۚ وَاِنَّا لَهٗ كٰتِبُوْنَ Famay yamal minaṣ-ṣāliḥāti wa huwa mu'minun falā kufrāna lisayihī, wa innā lahū kātibūna. Siapa yang mengerjakan kebajikan dan dia beriman, maka usahanya tidak akan diingkari disia-siakan. Sesungguhnya Kamilah yang mencatat untuknya. وَحَرٰمٌ عَلٰى قَرْيَةٍ اَهْلَكْنٰهَآ اَنَّهُمْ لَا يَرْجِعُوْنَ Wa ḥarāmun alā qaryatin ahlaknāhā, innahum lā yarjiūna. Mustahil bagi penduduk suatu negeri yang telah Kami binasakan akan kembali ke dunia, حَتّٰىٓ اِذَا فُتِحَتْ يَأْجُوْجُ وَمَأْجُوْجُ وَهُمْ مِّنْ كُلِّ حَدَبٍ يَّنْسِلُوْنَ Ḥattā iżā futiḥat ya'jūju wa ma'jūju wa hum min kulli ḥadabiy yansilūna. hingga apabila tembok Ya’juj dan Ma’juj dibuka dan mereka turun dengan cepat dari seluruh tempat yang tinggi. وَاقْتَرَبَ الْوَعْدُ الْحَقُّ فَاِذَا هِيَ شَاخِصَةٌ اَبْصَارُ الَّذِيْنَ كَفَرُوْاۗ يٰوَيْلَنَا قَدْ كُنَّا فِيْ غَفْلَةٍ مِّنْ هٰذَا بَلْ كُنَّا ظٰلِمِيْنَ Waqtarabal-wadul-ḥaqqu fa iżā hiya syākhiṣatun abṣārul-lażīna kafarū, yā wailanā qad kunnā fī gaflatim min hāżā bal kunnā ẓālimīna. Apabila janji yang benar yakni hari Kiamat telah makin dekat, tiba-tiba mata orang-orang yang kufur terbelalak. Mereka berkata, “Alangkah celakanya kami! Kami benar-benar lengah tentang ini, bahkan kami adalah orang-orang zalim.” اِنَّكُمْ وَمَا تَعْبُدُوْنَ مِنْ دُوْنِ اللّٰهِ حَصَبُ جَهَنَّمَۗ اَنْتُمْ لَهَا وٰرِدُوْنَ Innakum wa mā tabudūna min dūnillāhi ḥaṣabu jahannama, antum lahā wāridūna. Sesungguhnya kamu orang kafir dan apa yang kamu sembah selain Allah adalah bahan bakar neraka Jahanam. Kamu pasti masuk ke dalamnya. لَوْ كَانَ هٰٓؤُلَاۤءِ اٰلِهَةً مَّا وَرَدُوْهَاۗ وَكُلٌّ فِيْهَا خٰلِدُوْنَ Lau kāna hā'ulā'i ālihatam mā waradūhā, wa kullun fīhā khālidūna. Seandainya berhala-berhala itu tuhan, tentu mereka tidak akan memasukinya neraka. Semuanya akan kekal di dalamnya. لَهُمْ فِيْهَا زَفِيْرٌ وَّهُمْ فِيْهَا لَا يَسْمَعُوْنَ Lahum fīhā zafīruw wa hum fīhā lā yasmaūna. Mereka merintih dan menjerit di dalamnya neraka dan mereka di dalamnya tidak dapat mendengar apa pun. اِنَّ الَّذِيْنَ سَبَقَتْ لَهُمْ مِّنَّا الْحُسْنٰىٓۙ اُولٰۤىِٕكَ عَنْهَا مُبْعَدُوْنَ ۙ Innal-lażīna sabaqat lahum minnal-ḥusnā, ulā'ika anhā mubadūna. Sesungguhnya orang-orang yang telah ada ketetapan yang baik untuk mereka dari Kami, mereka akan dijauhkan dari neraka. لَا يَسْمَعُوْنَ حَسِيْسَهَاۚ وَهُمْ فِيْ مَا اشْتَهَتْ اَنْفُسُهُمْ خٰلِدُوْنَ ۚ Lā yasmaūna ḥasīsahā, wa hum fīmasytahat anfusuhum khālidūna. Mereka tidak mendengar bunyi desis api neraka dan mereka kekal dalam menikmati semua yang mereka inginkan. لَا يَحْزُنُهُمُ الْفَزَعُ الْاَكْبَرُ وَتَتَلَقّٰىهُمُ الْمَلٰۤىِٕكَةُۗ هٰذَا يَوْمُكُمُ الَّذِيْ كُنْتُمْ تُوْعَدُوْنَ Lā yaḥzunuhumul-fazaul-akbaru wa tatalaqqāhumul-malā'ikahtu, hāżā yaumukumul-lażī kuntum tūadūna. Kejutan yang dahsyat hari Kiamat tidak membuat mereka sedih dan para malaikat akan menyambut mereka dengan ucapan, “Inilah harimu yang telah dijanjikan kepadamu.” يَوْمَ نَطْوِى السَّمَاۤءَ كَطَيِّ السِّجِلِّ لِلْكُتُبِۗ كَمَا بَدَأْنَآ اَوَّلَ خَلْقٍ نُّعِيْدُهٗۗ وَعْدًا عَلَيْنَاۗ اِنَّا كُنَّا فٰعِلِيْنَ Yauma naṭwis-samā'a kaṭayyis-sijilli lil-kutibi, kamā bada'nā awwala khalqin nuīduhū, wadan alainā, innā kunnā fāilīna. Ingatlah hari ketika Kami menggulung langit seperti halnya gulungan lembaran-lembaran catatan. Sebagaimana Kami telah memulai penciptaan pertama, begitulah Kami akan mengulanginya lagi. Itu adalah janji yang pasti Kami tepati. Sesungguhnya Kami akan melaksanakannya. وَلَقَدْ كَتَبْنَا فِى الزَّبُوْرِ مِنْۢ بَعْدِ الذِّكْرِ اَنَّ الْاَرْضَ يَرِثُهَا عِبَادِيَ الصّٰلِحُوْنَ Wa laqad katabnā fiz-zabūri mim badiż-żikri annal-arḍa yariṡuhā ibādiyaṣ-ṣāliḥūna. Sungguh, Kami telah menuliskan di dalam Zabur setelah tertulis di dalam aż-Żikr Lauh Mahfuz bahwa bumi ini akan diwarisi oleh hamba-hamba-Ku yang saleh. اِنَّ فِيْ هٰذَا لَبَلٰغًا لِّقَوْمٍ عٰبِدِيْنَ ۗ Inna fī hāżā labalāgal liqaumin ābidīna. Sesungguhnya di dalam Al-Qur’an ini benar-benar terdapat pesan yang jelas bagi kaum penyembah Allah. وَمَآ اَرْسَلْنٰكَ اِلَّا رَحْمَةً لِّلْعٰلَمِيْنَ Wa mā arsalnāka illā raḥmatal lil-ālamīna. Kami tidak mengutus engkau Nabi Muhammad, kecuali sebagai rahmat bagi seluruh alam. قُلْ اِنَّمَا يُوْحٰىٓ اِلَيَّ اَنَّمَآ اِلٰهُكُمْ اِلٰهٌ وَّاحِدٌۚ فَهَلْ اَنْتُمْ مُّسْلِمُوْنَ Qul innamā yūḥā ilayya annamā ilāhukum ilāhuw wāḥidun, fahal antum muslimūna. Katakanlah Nabi Muhammad, “Sesungguhnya yang diwahyukan kepadaku hanyalah ketetapan bahwa Tuhanmu adalah Tuhan Yang Maha Esa. Maka, apakah kamu telah berserah diri kepada-Nya?” فَاِنْ تَوَلَّوْا فَقُلْ اٰذَنْتُكُمْ عَلٰى سَوَاۤءٍۗ وَاِنْ اَدْرِيْٓ اَقَرِيْبٌ اَمْ بَعِيْدٌ مَّا تُوْعَدُوْنَ Fa in tawallau fa qul āżantukum alā sawā'in, wa in adrī aqarībun am baīdum mā tūadūna. Maka, jika mereka berpaling, katakanlah Nabi Muhammad, “Aku telah menyampaikan kepadamu seluruh ajaran sehingga kita mempunyai pengetahuan yang sama. Aku tidak mengetahui apakah yang diancamkan kepadamu itu sudah dekat atau masih jauh.” اِنَّهٗ يَعْلَمُ الْجَهْرَ مِنَ الْقَوْلِ وَيَعْلَمُ مَا تَكْتُمُوْنَ Innahū yalamul-jahra minal-qauli wa yalamu mā taktumūna. Sesungguhnya Dia mengetahui perkataan yang kamu ucapkan dengan terang-terangan dan mengetahui pula apa yang kamu rahasiakan. وَاِنْ اَدْرِيْ لَعَلَّهٗ فِتْنَةٌ لَّكُمْ وَمَتَاعٌ اِلٰى حِيْنٍ Wa in adrī laallahū fitnatul lakum wa matāun ilā ḥīnin. Aku tidak mengetahui bahwa boleh jadi hal itu penundaan azab merupakan cobaan dan kesenangan bagimu sampai waktu yang ditentukan. قٰلَ رَبِّ احْكُمْ بِالْحَقِّۗ وَرَبُّنَا الرَّحْمٰنُ الْمُسْتَعَانُ عَلٰى مَا تَصِفُوْنَ ࣖ Qāla rabbiḥkum bil-ḥaqqi, wa rabbunar-raḥmānul-mustaānu alā mā taṣifūna. Dia Nabi Muhammad berkata, “Ya Tuhanku, berilah keputusan dengan adil. Tuhan kami adalah Tuhan Yang Maha Pengasih dan yang dimintai segala pertolongan atas semua yang kamu katakan.”